Waxing atau pembersihan bulu pubis dengan menggunakan madu panas atau cairan gula khusus, ternyata tidak baik untuk kesehatan daerah intim kaum perempuan, ujar dokter spesialis kulit dan kelamin dari RS. Pondok Indah - Puri Indah, dr. Susie Rendra, SpKK.
"Waxing itu bisa menyebabkan bisul dan iritasi pada daerah intim perempuan," ujar Susie usai jumpa pers di Jakarta, Rabu.
Susie menjelaskan bisul tersebut disebabkan akibat masuknya kuman-kuman dan aneka bakteri jahat ke dalam celah rongga udara yang terbuka di kulit.
"Rongga itu terjadi akibat bulu pubis yang ditarik sedemikian rupa, sehingga memperbesar pori-pori dan membuka celah kulit," ujar Susie.
Bakteri dan kuman dengan mudah berkembang di area ini, sehingga menyumbat pori dan menimbulkan bisul di daerah intim yang memberi rasa nyeri.
Lebih lanjut Susie menjelaskan bahwa bulu pubis memiliki fungsi lain sebagai rongga udara yang membatasi kulit vagina dengan pakaian dalam.
Pakaian dalam yang menempel ketat pada kulit, dapat menyebabkan gesekan yang menimbulkan iritasi.
"Saat iritasi, terjadi kemerahan di kulit dan rasa gatal yang mengganggu. Maka sebaiknya jangan lakukan waxing," imbuh Susie.
Bedak tabur atau talcum powder merupakan salah satu produk yang sering kita gunakan dalam kehidupan sehari-hari. Kemampuannya dalam mencegah biang keringat dan memberikan kenyamanan pada tubuh kita membuat banyak orang jatuh cinta pada produk ini sejak mereka kecil hingga dewasa. Namun perhatikan penggunaan bedak talc atau bedak tabur ini, karena beberapa sumber melansir adanya dampak atas penggunaan bedak tabur dalam jangka panjang. Anda yang sudah dewasa maupun yang sedang memiliki anak sebaiknya mengetahui informasi ini. Mungkin tubuh kita memang memiliki kemampuan yang baik dalam mengeluarkan toksin dalam tubuh, namun sebaiknya kita tetap mencegah masuknya hal-hal yang tak diperlukan dalam tubuh kita. Bedak tabur mengandung zinc stearate, magnesium silicates, dan sebagainya yang telah menjadi butiran halus dan mudah terhirup oleh Anda maupun anak Anda. Hal ini bisa memicu pneumonia atau kanker paru bila tidak diawasi dengan seksama. Beberapa kasus menyebutkan adanya kemungkin
Komentar
Posting Komentar